Belakangan ini kita sempat mendengar kabar yang menyebutkan bahwa angka oktan BBM jenis Premium yang standarnya 88, kini telah menjadi 90 bahkan mencapai 92 sama dengan Pertamax. Beragam media on line menyebutkan fenomena ini dan dikalangan para Bikers pun kerap menjadi pembahasan yang simpang siur tanpa ada fakta yang dapat dipercaya. Untuk membuktikan kebenaran hal tersebut, maka tim dari Autobild mencoba untuk mengetes kandungan oktan BBM tersebut.
Mereka mulai melakukan pengetesan dengan mengumpulkan 5 buah sampel dari 5 SPBU Pertamina yang ada di 5 area Jakarta. SPBU tersebut adalah SPBU dengan nomer 3414201 di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara , 3110303 di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, 3411510 di kawasan Kedoya, Jakarta Barat, 3412213 di kawasan Ciputat, Jakarta Selatan, dan 3413209 di kawasan Pemuda, Jakarta Timur.
Masing-masing membeli 1,5 liter Premium di kelima SPBU tersebut. Setelah itu dibawanya ke Petrolab di Rawamangun, Jakarta Timur untuk menuji kandungan oktannya.
Oktan adalah angka yang menyatakan kandungan molekul iso-oktan yang terdapat pada bahan bakar kendaraan. Iso-oktan bersifat tahan terhadap kompresi. Jadi, semakin tinggi nilai oktan yang terkadung dalam bensin, maka akan semakin baik kualitasnya dan bensin tersebut akan semakin tahan terhadap tingginya kompresi mesin. Alhasil, denotasi atau knocking tidak akan terjadi bila nilai oktan di bahan bakar sesuai dengan kebutuhan mesin kendaraan. Dengan kata lain, semakin tinggi nilai oktan, maka bensin akan lebih sulit terbakar.
Kesimpulan Premium Tetap Beroktan 88
Dari hasil laboratorium yang didapatkan, ternyata angka oktan bensin jenis Premium masih sama seperti standar yang ada, yaitu sebesar 88. Sementara itu dapat dilihat ternyata angka oktan yang paling tinggi sebesar 88,7 yang didapat dari SPBU yang berada di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Jadi dapat disimpulkan mengenai keberadaan bensin jenis Premium dengan kadar oktan 90/92, tidak benar adanya. Alhasil, bensin bersubsidi ini tidak kami rekomendasikan untuk dikonsumsi oleh mobil-mobil modern atau motor berkapsitas mesin besar dengan kompresi tinggi yang menuntut minimum oktan 90. Bila dipaksakan, maka performa mesin akan menurun drastis dan biaya perawatan akan semakin besar lantaran di ruang bakar terjadi pembakaran yang tidak sempurna. Tumpukan karbon pun lebih cepat terjadi dan berdampak pada menurunnya kualitas pelumas akibat karbon tersebut.
Apalagi mesin modern kini menuntut kualitas bahan bakar yang memadai untuk mengimbangi kinerja mesin yang dirancang untuk memberikan efisiensi terbaiknya. Tak heran bila perbandingan kompresi kini dibuat tinggi hingga 10-13:1 untuk mesin Naturally Aspirated atau disematkannya turbo dan supercharger. Efeknya, tekanan di ruang bakar kian tinggi sehingga menuntut bahan bakar dengan kadar oktan yang tinggi pula agar dapat bertahan hingga busi memercikan apinya.
Sumber dan Foto : Autobild
Hasil Uji Laboraturium | ||
No SPBU | Kawasan | Nilai Oktan |
3414201 | Kelapa Gading, JakTim | 88,7 |
3110303 | Cikini, JakPus | 88,6 |
3411510 | Kedoya, JakBar | 88,4 |
3412213 | Ciputat, JakSel | 88,3 |
3413209 | Pramuka, JakTim | 88,2 |